WilliamA. Haviland menyatakan: "Adaptasi kebudayaan adalah proses yang menyebabkan organisme memperoleh kecocokan yang menguntungkan dengan lingkungan yang ada dan hasil proses tersebut yaitu karakteristik-karakteristik organisme yang menyebabkan cocok dengan perangkat kondisi tertentu dimana organisme- organisme itu terdapat".
Hewanyang memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar disebut osmoconfer. Pengaruh Salinitas Terhadap Proses Osmoregulasi Mekanisme osmoregulasi (yaitu jumlah terlarut dan pengaturan air) dipahami cukup baik (diulas, lihat Evans, ), dan sebagian peneliti setuju bahwa salinitas yang berbeda dari
Selamaproses adaptasi terjadi kompensasi terhadap perubahan lingkungan melalui perubahan karakter, di mana karakter-karater tersebut tidak muncul pada kondisi normal. Ikan yang berasosiasi lahan gambut adalah ikan-ikan yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang ekstrem dan sempit.
Fast Money. PertanyaanCara adaptasi ikan yang hidup di laut adalah ....sedikit minum dan sedikit urinsedikit minum dan banyak urinbanyak minum dan sedikit urinbanyak minum dan banyak urinPembahasanIkan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut beradaptasi dengan cara selalu minum dan mengeluarkan urin sangat sedikit. Hal ini bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Garam yang masuk bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut beradaptasi dengan cara selalu minum dan mengeluarkan urin sangat sedikit. Hal ini bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Garam yang masuk bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!2rb+
Ikan tegolong hewan vertebrata yang hidup pada habitat aquatik, berdarah dingin, bernafas terutama menggunakan insang, pergerakannya menggunakan sirip. Ikan memiliki proporsi terbesar lebih dari 50% dari kelompok hewan vertebrata yang ada di muka bumi, karena memiliki kergaman spesies yang sangat tinggi. Fakta ini didukung oleh beragam habitanya mulai dari perairan tawar sungai, danau, rawa, estuari sampai perairan laut. Ikan sudah menjadi bagian terpenting dalam peradaban umat manusia karena dikenal tinggi protein, rendah lemak dan mengandung omega-3 yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan manusia. Meskipun demikian, banyak fakta yang ditemukan ternyata sumberdaya hayati ikan mulai mengalami keterancaman akibat kerusakan habitat dan penangkapan yang berlebihan oleh manusia. Buku ini mengulas tuntas tentang sumberdaua hayati ikan yang meliputi biodiversitas, adaptasi, ancaman dan pengelolaannya yang penting untuk diketahui dan difahami oleh semua pihak agar dapat memanfaatkan sumberdaya hayati ikan dan habitatnya secara berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan kelestariannya di alam liar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free vBuku ini dipersembahkan kepada istri dan anak tercintaIvatul Laily Kurniawati, Rizq R Latuconsina viiPRAKATA PENULISPengetahuan dan pemahaman semua pihak terkait ikan dan aspek ekologi menjadi hal penting dalam upaya pengelolaan sumber daya hayati ikan di alam liar, untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Ekologi ikan perairan tropis merupakan kajian terkait interaksi yang kompleks dan dinamis antara komunitas ikan dengan lingkungannya, ataupun interaksi antara ikan dalam lingkungan perairan melalui jaring makanan, dan posisinya dalam struktur komunitas biotik, serta strategi adaptasi dan tingkah laku ikan untuk bertahan hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang dinamis. Buku Ekologi Ikan Perairan Tropis Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman dan Pengelolaannya hadir untuk meningkatkan pengetahuan semua pihak tentang pentingnya memahami dan mendalami kajian ekologi ikan, dalam upaya pengelolaan sumber daya hayati ikan untuk pemanfaatan yang kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan buku ini, di antaranya kepada Rahardjo, DEA yang telah bersedia mengoreksi sekaligus memberikan pengantar pada buku ini. Dr. Renny Kurnia Hadiaty, dan Kadarusman, DEA., yang telah mengirimkan informasi terkait dedikasi sebagai ahli taksonomi ikan di Indonesia, daftar spesies ikan yang dideskripsikan, publikasi ilmiah sebagai pengayaan buku ini, dan juga memberikan testimoni pada buku ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Univeritas Islam Malang H. Maskuri, atas kesediaannya memberikan kata sambutan pada buku ini. Kepada Andi Iqbal Burhanuddin, Muchlisin, Prof. Sharifuddin Bin Andy Omar, dan Hawis Madduppa atas testimoni yang diberikan. Juga kepada M. Natsir Nessa, Prof. Jamaluddin Jompa, Ambo Tuwo, DEA., Prof. Rohani Ambo Rappe, viiiIbrahim Ohorella, Dewi Y. Badawing, Kadarwan Soewardi, Ridwan Affandi, DEA., Dietriech G. Bengen, DEA., Luky Adrianto, Charles Simanjuntak, M. Mukhlis Kamal, dan Nurlisa Butet, yang sangat membantu secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan ilmu pengetahuan serta dukungan moril kepada penulis selama ini. Kepada teman-teman para peneliti ikan yang tergabung dalam berbagai organisasi profesi di Indonesia, terutama Masyarakat Iktiologi Indonesia MII, yang turut menginspirasi penulis untuk menghasilkan buku ini, dan secara tidak langsung memberikan dukungan melalui publikasi hasil-hasil penelitian terkait kajian ekobiologi ikan yang menjadi bahan referensi bagi penulis dalam pengayaan isi buku ini. Semoga dedikasi kita semua dapat turut membantu menyebarluaskan ilmu pengetahuan terkait sumber daya hayati ikan beserta segala aspek kehidupannya secara luas ke masyarakat kepada kedua orang tuaku, Hi. Dj. Latuconsina ayah dan Hj. Umi Latuconsina ibu, terima kasih atas doa tulus dan dukungan moril serta materil yang selalu diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada para kakak tercinta A. Halik Latuconsina, Ida Latuconsina, Dr. M. Jen Latuconsina, dan M. Achmad Latuconsina, atas doa dan berbagai dukungan moril dan materiil serta atas kebersamaan dan keharmonisan hidup kita selama ini. Kepada istriku tercinta, Ivatul Laily Kurniawati, terima kasih atas dorongan dan motivasi, serta selalu menjadi sahabat terbaik dalam suka maupun duka, semoga Allah Swt. senantiasa meridhai serta melindungi kebersamaan dan aktivitas keseharian kita. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada kedua mertua Drs. M. Rifaāi, dan Ibu Trimurni, atas doa dan dukungan morilnya. Kepada putraku tercinta Muhammad Rizq R. Latuconsina, terima kasih telah menjadi cahaya harapan dalam hidupku dan sumber motivasiku untuk menjadi ayah yang bertanggung kasih kami sampaikan kepada penerbit UGM Press yang telah bersedia bekerja sama untuk menerbitkan sekaligus mendistribusikan buku ini secara luas di seluruh Indonesia. Beserta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi dalam proses penulisan sampai penerbitan buku ini. Semoga kebaikan semua pihak senantiasa bernilai ibadah dan mendapat balasan Allah Swt. Aminā¦. ixHarapan penulis, semoga kehadiran buku Ekologi Ikan Perairan Tropis Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman, dan Pengelolaannya dapat menjadi salah satu rujukan ilmiah bagi akademisi dan peneliti untuk melakukan kajian mendalam terkait ekobiologi ikan; bagi praktisi pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan sumber daya hayati ikan dan lingkungan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan; bagi lembaga swadaya masyarakat LSM dalam upaya mengadvokasi penyelamatan sumber daya hayati ikan dan lingkungan dari aktivitas antropogenik yang merusak; serta bagi pemerintah pusat maupun daerah selaku pengambil kebijakan dalam merumuskan berbagai kebijakan terkait dengan upaya pengelolaan sumber daya hayati ikan dan lingkungannya untuk pemanfaatan yang 20 Mei 2018 Penulis Husain Latuconsina xiSAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANGUniversitas Islam Malang UNISMA di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maāarif Nahdlatul Ulama, kini telah memasuki usia 38 tahun sejak berdiri pada 27 Maret 1981. Seiring perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia, UNISMA juga terus berbenah dan berkembang sesuai dengan visinya untuk āmenjadi universitas unggul bertaraf internasional, berorientasi masa depan dalam IPTEKS dan budaya, untuk kemaslahatan umat yang berakhlaqul karimah, berlandaskan Islam Ahlussunnah waljamaāahā. Untuk mewujudkan visinya, maka UNISMA terus meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, yang berpihak pada kemaslahatan umat menuju universitas berkualifikasi internasional world class university. Dari lima milestone pendidikan Universitas Islam Malang untuk menuju world class university, sekarang ini telah memasuki tahapan ke-3, yaitu Research University 2019ā2023. Pada tahapan ini akan dilakukan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi luar negeri joint research, pertukaran dosen lecture exchange, penyelenggaraan konferensi internasional bersama joint committee of international conference, dan kolaborasi publikasi llmiah joint research publication. xiiUntuk menuju research university, maka peningkatan kapasitas penelitian dan publikasi hasil-hasil penelitian yang terhimpun dalam buku sebagai hasil karya akademik dosen menjadi sesuatu yang penting untuk terus ditingkatkan. Terkait hal tersebut, sebagai pimpinan Universitas Islam Malang, kami menyambut baik kehadiran buku yang berjudul Ekologi Ikan Perairan Tropis Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman dan Pengelolaannya yang ditulis oleh saudara Husain Latuconsina, staf dosen pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Malang. Buku ini mendeskripsikan tentang sumber daya hayati ikan, biodiversitas, adaptasi, dan berbagai ancaman terhadap keberadaan ikan di alam liar, juga diulas beberapa prinsip dasar pengelolaan sumber daya hayati ikan di perairan tropis khususnya di Indonesia yang dikenal memiliki biodiversitas ikan yang tinggi di dunia, karena didukung tingginya keragaman habitat, sekaligus memiliki resiko dampak pemanfaatan merusak yang juga sangat tinggi. Hal ini tentunya disebabkan minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan aspek ekologi ikan sebagai pengetahuan mendasar dalam upaya mewujudkan pemanfataan sumber daya hayati ikan yang lestari dan kehadiran buku ini bisa memberikan manfaat bagi para mahasiswa, dosen, praktisi maupun peneliti untuk lebih mendalami aspek ekologi ikan, dalam upaya pengelolaan sumber daya hayati ikan untuk pemanfaatan yang lebih berkelanjutan, dan mudah-mudahan buku ini juga bisa memberi inspirasi kepada para dosen untuk selalu berkarya bagi bangsa dan negara, melalui kerja-kerja ilmiah yang ditulis dan terhimpun dalam bentuk buku referensi. Semoga bermanfaat. Malang, 27 Maret 2019RektorProf. Dr. H. Maskuri, xiiiP R O L O Rahardjo, DEAGuru Besar Iktiologi ā Institut Pertanian BogorIkan Pisces adalah vertebrata yang jumlah spesiesnya paling banyak di dunia, sekitar separuh vertebrata adalah ikan. Indonesia, negara kita dikenal sebagai salah satu negara yang keanekaragaman hayatinya sangat besar megabiodiversity. Jumlah jenis ikan di Indonesia sangat banyak. Tercatat yang telah teridentifikasi sekitar 1200 spesies ikan air tawar, sedangkan ikan laut sekitar spesies. Ikan merupakan sumber pangan atau penyedia protein, dan juga dimanfaatkan sebagai ikan hias. Upaya pemanfaatan ikan dilakukan melalui budi daya dan penangkapan. Di sisi lain dari pemanfaatan ikan, ada bahaya yang mengancam keanekaragaman hayati ikan seperti adanya lebih tangkap di beberapa perairan, penangkapan yang merusak, pencemaran, dan kegiatan antropogenik lainnya. Ini semua menyebabkan keterancaman ikan. Diperlukan satu tindakan pengelolaan untuk untuk mencegah hal tersebut yang diutarakan di atas tidak lengkap bila tidak disertai pengetahuan tentang bagaimana respons dan adaptasi ikan, atau yang biasa dikenal sebagai ekologi ikan. Hal yang disebut terakhir ini secara parsial banyak ditulis dan dikemukakan dalam makalah seminar dan simposium, artikel dalam jurnal ilmiah maupun semi ilmiah, dan terbitan lain. Namun sebagai satu kumpulan xivtulisan yang lengkap dalam satu buku, praktis hampir tidak ada yang menuliskannya. Buku yang sekarang anda pegang dan baca yang ditulis oleh Saudara Husain Latuconsina dengan judul Ekologi Ikan Perairan Tropis termasuk langka, ibarat oase di tengah gurun pasir. Banyak buku tentang ekologi ikan yang ditulis dalam bahasa asing, tetapi sepanjang yang saya ketahui belum ada buku dalam Bahasa Indonesia yang menuliskan tentang ekologi ikan terlebih di perairan tropis. Keanekaragaman ikan di Indonesia sangat besar, namun buku yang mengungkapkan tentang ikan tidak banyak, terlebih lagi tentang ekologinya. Buku ini adalah pembuka jalan untuk menganalisis ekologi hal yang dicakup dan dikemukakan dalam buku ini, yang menjadikan masalahnya meluas sehingga dikupas kurang mendalam dan keterkaitan antarbab longgar. Meskipun demikian, secara keseluruhan uraian yang disampaikan cukup komprehensif. Pembaca akan mendapat banyak pengetahuan tentang ekologi ikan dan mendapat manfaat. Buku ini juga sekaligus menyampaikan banyak hal yang perlu dikembangkan terkait dengan keanekaragaman hayati ikan dan ekologinya, yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam mengelola perikanan dan lingkungan perairan. Buku ini sangat layak untuk dibaca oleh para ilmuwan, akademisi, peneliti, penentu kebijakan di lembaga pemerintah, pegiat lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa, dan pecinta 20 Juni 2018M. F. Rahardjo xvDaftar IsiPRAKATA PENULIS ............................................................................... viiSAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG ................. xiP R O L O G .............................................................................................. xiiiDAFTAR ISI ............................................................................................. xvDAFTAR TABEL...................................................................................... xixDAFTAR GAMBAR ................................................................................ xxiBAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1BAB 2 BIODIVERSITAS, DISTRIBUSI, DAN PERKEMBANGAN STUDI IKAN DI INDONESIA................................................. Biodiversitas dan Distribusi Ikan ..................................... Biodiversitas dan Distribusi Ikan di Indonesia ................ Perkembangan Studi Sumber Daya Hayati Ikan di Indonesia ...................................................................... 37Rangkuman ................................................................................ 49Daftar Pustaka ........................................................................... 50BAB 3 DESKRIPSI SUMBER DAYA HAYATI IKAN ........................ Morfologi dan Bagian Tubuh Ikan ................................... Bentuk-Bentuk Tubuh Ikan .............................................. Deskripsi Ikan Berdasarkan Pendekatan Morfologi ........ Deskripsi Ikan dengan Pendekatan Biologi Molekuler .... 72Rangkuman ................................................................................ 79Daftar Pustaka ........................................................................... 80BAB 4 ADAPTASI IKAN TERHADAP LINGKUNGANNYA ........... Adaptasi Ikan Melalui Sistem Integumen ........................ Adaptasi Ikan Melalui Sistem Pencernaan ....................... Adaptasi Ikan Melalui Sistem Saraf dan Indra ............... Adaptasi Ikan Melalui Sistem Reproduksi ....................... 123 Adaptasi Ikan Melalui Sistem Pernapasan ...................... Adaptasi Ikan Melalui Mekanisme Osmoregulasi .......... 147Rangkuman ................................................................................ 151Daftar Pustaka ........................................................................... 151BAB 5 PRINSIP DASAR EKOLOGI IKAN ........................................ Prinsip-Prinsip Ekologi .................................................... Konsep Keanekaragaman dalam Ekologi ....................... Rantai Makanan dan Tingkatan Trofik dalam Sistem Ekologi ............................................................................. Piramida Ekologi .............................................................. Faktor Pembatas dalam Sistem Ekologi ........................... Konsep Habitat dan Relung Ekologi Niche ................... Penggantian Sifat dan Pembentukan Spesies ................... Karakteristik Populasi ...................................................... Jam Biologi Biological Clock ........................................ Karakteristik dan Kerentanan Kepunahan Spesies .......... Interaksi Antarspesies ....................................................... Komunitas Biotik ............................................................. Sistem Ekologi Ekosistem ............................................. 207Rangkuman ................................................................................ 211Daftar Pustaka ........................................................................... 212BAB 6 EKOLOGI IKAN PERAIRAN TAWAR ................................... Ekologi Ikan Perairan Lotik Mengalir ........................... Ekologi Ikan Perairan Lentik Tenang/Tergenang .......... Ekologi Ikan Perairan Rawa Genangan ........................... EkologiīIkanīKawasanīKarstīEkosistemīSpesiī¾kīBukitīKapur .............................................................................. Biodiversitas Ikan Perairan Tawar dan Validitas Informasi Ilmiahnya .......................................................................... 282Rangkuman ................................................................................ 284Daftar Pustaka ........................................................................... 285BAB 7 EKOLOGI IKAN PERAIRAN PAYAU ESTUARI ............... Karakteristik Perairan Estuari .......................................... Faktor Lingkungan Pembatas pada Perairan Estuari ....... Penggolongan Perairan Estuari ........................................ Pengelompokan Organisme Perairan Estuari ................... Biodiversitas Ikan Perairan Estuari .................................. 305 Hutan Mangrove Ekosistem Spesifik di Kawasan Estuari ............................................................................ 316Rangkuman ................................................................................ 332Daftar Pustaka ........................................................................... 333BAB 8 EKOLOGI IKAN PERAIRAN LAUT ...................................... Zonasi dan Karakteristik Lautan ...................................... ParameterīOseanograī¾ ..................................................... Perairan Neritik ................................................................ Perairan Oseanik .............................................................. Perairan Laut Dalam Laut Jeluk .................................... 413Rangkuman ................................................................................ 432Daftar Pustaka ........................................................................... 433BAB 9 DEGRADASI STOK DAN UPAYA PELESTARIAN SUMBER DAYA HAYATI IKAN .............................................................. Penyebab Degradasi Stok Ikan ........................................ Upaya Pelestarian Sumber Daya Hayati Ikan .................. 478Rangkuman ................................................................................ 503Daftar Pustaka ........................................................................... 503BAB 10 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA HAYATI IKAN DAN LINGKUNGANNYA ............................................................... Prinsip āStabilitas Ekosistemā dalam Upaya Mitigasi Bencana Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim ................................................................................. Prinsip āKeseimbangan Ekologisā dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap ........................................................... Prinsip āDaya Dukungā dalam Pengembangan Perikanan Budi Daya ......................................................................... Prinsip āKeterpaduan Ekologisā dalam Pengelolaan Perairan Pesisir ................................................................. Prinsip āKonektivitasā dalam Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan ......................................................... 534Rangkuman ................................................................................ 543Daftar Pustaka ........................................................................... 543GLOSARIUM ........................................................................................... 549INDEKS .................................................................................................... 565TENTANG PENULIS............................................................................... 567 xixDaftar TabelTabel Jumlah spesies, famili dan ordo ikan yang diakui di āFishes of the Worldā menurut tahun publikasi ................................. 12Tabel Perbandingan tiga belas besar famili ikan dengan jumlah spesies terbanyak di Dunia dan Indonesia .............................. 13Tabel Jumlah famili dan spesies ikan termasuk spesies endemik yang tersebar di 23 pulau utama di Indonesia ................................. 17Tabel Jumlah famili dan spesies ikan termasuk spesies endemik yang tersebar di 23 pulau utama di Indonesia lanjutan ................ 18Tabel Beberapa contoh spesies ikan endemik dan terancam keberadaannya di alam liar berdasarkan daftar merah red list dari International Union for Conservation of Nature IUCN 32Tabel Daftar spesies ikan air tawar di Indonesia yang telah dideskripsikan oleh Renny K. Hadiaty sampai dengan tahun 2016 ........................................................................................ 43Tabel Daftar spesies ikan dari Papua, Indonesia, yang dideskripsikan oleh Kadarusman .................................................................... 47Tabel Contoh deskripsi 21 karakter truss morfometrik ikan gabus Channa striata ..................................................................... 68Tabel Perbedaan struktur anatomis di antara ketiga kategori ikan ... 99Tabel Faktor lingkungan pembatas yang optimal bagi beberapa jenis ikan ......................................................................................... 168Tabel Pola seleksi tipe ārā dan āKā kaitannya dengan siklus hidup ikan ......................................................................................... 186Tabel Kriteria nilai struktur komunitas ........................................... 203Tabel Komposisi jenis ikan endemik di kompleks Danau Malili, Sulawesi Selatan ..................................................................... 261Tabel Status ekologi beberapa spesies ikan yang hidup pada perairan estuari di Indonesia ................................................................. 309 xxTabel Ancaman aktivitas antropogenik dan dampak potensialnya terhadap ekosistem hutan mangrove beserta sumber daya hayati ikan yang berasosiasi di dalamnya .............................. 331Tabel Ancaman aktivitas antropogenik dan dampaknya pada ekosistem padang lamun beserta sumber daya hayati ikan yang berasosiasi di dalamnya .......................................................... 369Tabel Hubungan antara ukuran dan posisi mulut famili ikan Chaetodontide ......................................................................... 379Tabel Ancaman aktivitas antropogenik dan dampaknya bagi ekosistem terumbu karang beserta sumber daya hayati ikan yang berasosiasi di dalamnya ................................................. 395Tabelī Ekologiītroī¾kīkomunitasīikanīpadaīperairanīlautīdalam ........ 421Tabel Spesies ikan eksotik berpotensi invasif teridentifikasi di pulauīJawaīdanīBaliībesertaī asalī geograī¾snyaī berdasarkanīpendekatan DNA barcoding .................................................... 462Tabel Contoh interaksi antara pemicu tekanan perubahan iklim yang diprediksi dan produksi ikan di perairan tropis dan perairan terumbu karang. ...................................................................... 476 xxiDaftar GambarGambar Peta Indonesia terkini terkait sebaran ikan air tawar yangīmemuatī23īpulauīdenganī biogeograī¾īprovinsiīdanīwilayahnya, yaitu 1. Bali, 2. Bangka, 3. Batam dan Bintan, 4. Belitung, 5. Buru, 6. Java, 7. Kalimantan, 8. Madura, 9. Natuna and Riau, 10. Sumatra, 11. Bacan, 12. Sulawesi, 13. Seram, 14. Flores, 15. Halmahera, 16. Timor-Indonesia, 17. Lombok, 18. Sumba, 19. Sumbawa, 20. Ternate, 21. Talaud, 22. Aru, 23. Papua-Indonesia..... 17Gambar Peringkat famili ikan air tawar berdasarkan jumlah spesies endemik appendix. A, Indonesia; B, Paparan Sunda; C, Wallacea; D, Paparan Sahul ............................................ 19Gambar Ikan-ikan simbolik air tawar khas Indonesia Sumber Hubert et al., 2015 .......................................... 21Gambar Beberapa spesies ikan khas paparan Sunda yang keberadaannya mulai teracam di alam liar ....................... 22Gambar Beberapa spesies baru ikan air tawar dari genus Oryzias, famili Adrianichthyidae di daratan Sulawesi .................. 23Gambar Empat spesies ikan Pelangi Papua Rainbowfish Melanotaeniidae dengan tipe habitatnya pada perairan sungai-sungai kecil di kawasan karst Papua Barat-Indonesia .......................................................................... 25Gambar Klasifikasi mayor ikan pelangi rainbowfishes Melanotaeniidae yang diidentifikasi menggunakan DNA barcodingīdanī distribusiīgeograī¾snya.ī Aī Pohonīī¾logenetikīdariī360ībarcodeīCOIīdenganīempatī kladeībesarīteridentiī¾kasi.īBīPetaīdistribusiīrentangīkladeīikanīpelangi .............................................................................. 26 xxiiGambar Ukiran pada dinding gua dan piramida yang menunjukkan ikan telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber pangan sejak zaman dahulu .............................................. 37Gambar Aristoteles 384ā332 SM orang pertama yang mendeskripsikan ikan secara ilmiah ................................. 39Gambar Peter Artedi 1705ā1735 yang dikenal sebagai bapak iktiologi ............................................................................ 39Gambar Pieter Bleeker 1819ā1878 tokoh besar iktiologi di Indonesia .......................................................................... 42Gambar Renny K. Hadiaty, ahli taksonomi ikan dan kurator koleksi ikan di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor-Indonesia ......................................................................... 43Gambar Kadarusman, ahli taksonomi ikan Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang produktif mengeksplorasi dan mendeskripsikan spesies-spesies ikan di Papua ............................................................................ 47Gambar Morfologi ikan teleostei tampak samping ....................... 56Gambar Morfologi ikan teleostei tampak dari bawah dan atas ..... 56Gambar Struktur morfologi dan anatomi ikan bertulang sejati osteichthyes .................................................................... 57Gambar Struktur morfologi dan anatomi ikan bertulang rawan chondrichthyes ikan hiu ................................................. 57Gambar Struktur morfologi dan anatomi ikan bertulang rawan chondrichthyes ikan pari ................................................ 58Gambar Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi .................... 58Gambar Struktur anatomi kepala ikan .......................................... 59Gambar Bentuk-bentuk mulut ikan ................................................ 59Gambar Tipe mulut yang dapat disembulkan dan yang tidak dapat disembulkan ..................................................................... 60Gambar Bagian sirip punggung pertama yang keras dan bagian kedua yang lunak Sumber Kuiter & Tonozuka, 2001 .. 61Gambar Bentuk-bentuk sirip ekor Sumber Bugar et al., 2009 ... 61Gambar Contoh jenis ikan berdasarkan bentuk-bentuk sirip ekor . 62Gambar Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform ........................................... 63 xxiiiGambar Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. famili Pegasidae; B. famili Ostraciidae; C. famili Ictaluridae; D. famili Syngnathidae kuda Laut ............................................... 65Gambar Contoh umum pengukuran morfometrik dan meristik pada tubuh ikan ......................................................................... 66Gambar Contoh titik-titik landmark yang digunakan dalam analisis keragaman morfologi menggunakan metode truss morfometrik pada ikan gabus Channa striata ............... 68Gambar Unit Pengelolaan ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores berdasarkan variasi morfomersitik ........................ 72Gambar Filogram kekerabatan spesies ikan pelangi papua Melanotaeniia berdasarkan analisis 650 nukleotida gen COI di wilayah Kepala Burung, Papua ............................ 75Gambarī DendrogramīgenīCOIīikan-ikanīintroduksiīpotensialī ā¢īsequence dari genbank ..................................................... 77Gambar Struktur kulit ikan ............................................................ 85Gambar Lungī¾sh Protopterus sp. yang menggunakan lendir untuk berlindung dalam lumpur selama musim kemarau .......... 86Gambar Sisik kelompok ikan yang berbeda. Untuk masing-masing, sisik utuh kiri dan bagian-bagian sisik kanan. A Elasmobranch, B Neoceratodus Dipnoi, C Latimeria Coelacanth, D Polypterus Brachioterygii, E Lepisosteus Holostei, F Teleostey sisik Ctenoid-atas, Cycloid-bawah. G = ganoin, D = dentine, B = tulang .... 87Gambar Tipe sisik placoid dan bagian-bagiannya pada ikan hiu .. 88Gambar Tipe sisik cosmoid pada ikan famili Latimeriidae Latimeria chalumnae Sumber Burhanuddin, 2010 .... 89Gambar Tipe sisik ganoid pada ikan famili Acipenseridae sturgeons ....................................................................... 89Gambar A Tipe sisik ctenoid dan B sisik cycloid dengan bagian-bagiannya ......................................................................... 90Gambar Bentuk pewarnaan terpecah pada ikan dari famili Chaetodontidae, yaitu Forcipiger longirostris A dan Chelmon rostratus B yang berupaya untuk mengaburkan bentuk aslinya ................................................................... 93Gambar Bentuk pemiripan warna ikan dengan latar belakang habitatnya A Pteroidichthys amboinensis Scorpainidae, B Acreichthys radiates Monacanthidae, C Pardachirus xxivpavoninus Soleidae, D Solenostomus cyanopterus Solenostomidae .............................................................. 93Gambar Corak warna ikan karang Scarus tricolor famili Scaridae yang berbeda antara jantan dan betina Sumber Allen, 1999 A, dan ikan hias air tawar rainbowī¾sh Melanotaenia boesemani famili Melanotaeniidae antara jantan dan betina B ....................................................... 94Gambar Corak warna tubuh yang berbeda antara fase yuwana dan dewasa pada ikan famili Lutjanidae, Macolor niger A dan Symphorichthys spilurus B .................................... 94Gambar Anglerī¾sh Linophyrin corymbivera ditemukan di Laut Sulawesi pada kedalaman 4000 m, dilengkapi organ cahaya di atas mulutnya .................................................. 96Gambar Kelenjar beracun pada beberapa jenis ikan A ikan lepu Pterois volitans, B ikan chimaera, C ikan baronang Siganus canaliculatus, D ikan buntal Arothron stellatus ........................................................................... 97Gambar Struktur umum Morfo-Anatomi ikan Teleostei yang menunjukkan alat pencernaannya .................................... 98Gambar Berbagai macam sungut ikan ........................................... 100Gambar Posisi mulut sebagai bentuk adaptasi ikan ...................... 101Gambar Berbagai bentuk mulut ikan ............................................. 101Gambarī Topograī¾īotakīikanīsecaraīumum .................................... 113Gambar Mata dan bagian-bagiannya ............................................. 115Gambar Reaksi retina mata ikan akibat perubahan pencahayaan .. 116Gambarī Pengaruhī cahayaī terhadapī ī¾siologisī danītingkahīlakuīikan .................................................................................. 118Gambar Bentuk hidung ikan dan bagiannya .................................. 118Gambar Sistem penciuman olfactory pada ikan .......................... 119Gambar A Penampang linea lateralis gurat sisi pada tubuh ikan yang menunjukkan distribusi dan persarafan reseptor neuromast, menyambungkan kanal ke lingkungan luar. B Setiap neuromast terdiri dari beberapa sel rambut sensorik, sel pendukung, dan stimulus sensoris neuron .................. 122Gambar Letak telinga dalam pada ikan mas Cyprinus carpio ... 123Gambar Alat reproduksi jantan dan betina pada ikan ................... 124Gambar Contoh dimorfisme seksual pada ikan, a. salmon Oncorhynchus gorbuscha, b Lemadang Coryphaena xxvhippurus, c. anglerī¾sh Photocorynus spinicleps jantan berukuran tubuh kecil dan menempel parasit pada ikan betinanya, d. munculnya ājerawatā pada ikan jantan misalnya pada spesies Semotilus atromaculatus .............. 131Gambar Perbedaan ukuran anglerfishes jantan dan betina. Jantan berukuran 6,2 mm dari spesies Photocorynus spiniceps Linophrynidae dilingkari, menempel pada daerah dorsal ikan betina berukuran 46 mm. Inset ikan Linophryne arborifera Linophrynidae jantan berukuran 18 mm memiliki mata yang sangat besar dan olfactory lamella penciuman yang digunakan untuk mencari ikan betina ................................................................................ 132Gambar Ikan Gambusia afī¾nis betina atas, tampak gonopodium modifikasi sirip anal pada jantan bawah garis menunjukkan 1 cm ......................................................... 133Gambar Kepala dan bagian depan tubuh Phallostethus cuulong. A lateral sisi kiri kepala dan tubuh ikan jantan; B lateral kanan kepala dan tubuh ikan jantan; C lateral kepala dan tubuh ikan betina; D sisi ventral kepala dan tubuh janta 133Gambarī Dimorī¾smeīseksualīikanīronoīAdrianichthys oophorus; a rono betina dan jantan; b sirip dada ikan betina lebih panjang daripada sirip ikan jantan .................................... 134Gambar A Contoh dikromatisme seksual pada ikan karang famili Scaride Chlorurus bleekeri Sumber Allen, 1999, dan B ikan pelangi papua Rainbowī¾s famili Melanotaeniidae Melanotaenia ajamaruensis ............................................ 134Gambar A lengkungan insang ikan telostei , B bagian-bagian padaīī¾lamenīinsangīlamellaībesertaīprosesīaliranīairīdanīdarah Sumber diadaptasi dari Helfman et al. 2009 ...... 143Gambar A Tampak lateral insang ikan lele Clarias batrachus menunjukkan alat pernapasan, membran pernapasan dari bilik suprabranchial, dan alat pernapasan tambahan arborescent organ yang memungkinkan ikan mengambil oksigen dari udara saat keluar dari air. B Penampakan bagian dalam tutup insang dari ikan Gurami Osphronemus goramy menunjukkan sebuah labirin sebagai alat pernapasan tambahan ....................................................... 145 xxviGambar Gelembung gas pada ikan teleostei dengan posisi duktus pneumatikus sebagai penghubung masuknya udara dari kerongkongan ke gelembung gas ..................................... 146Gambar Pola umum pergerakan air dan garam pada osmoregulasi ikan teleostei potadrom .................................................... 148Gambar Pola umum pergerakan air dan garam pada osmoregulasi ikan teleostei oseanodrom ................................................ 149Gambar Spektrum ekologi ............................................................. 157Gambar Contoh sederhana rantai makanan pada ekosistem perairan ............................................................................ 163Gambar Contoh piramida ekologi .................................................. 164Gambar Beberapa spesies ikan karang dari famili Chaetodontidae yang keberadaannya merupakan indikator kesehatan terumbu karang ................................................................ 167Gambar Distribusi dan kelimpahan ikan terkait toleransinya terhadap suhu perairan ..................................................... 171Gambar Kurva pertumbuhan eksponensial bentuk huruf āJā dan kurva pertumbuhan logistik bentuk huruf āSā ....... 185Gambar Contoh piramida umur ikan bonti-bonti Paratherina striata di Danau Towuti, Sulawesi Selatan ..................... 188Gambar Ikan pearl Encheliophis homei yang menjadi parasit pada teripang Holothuroidea .................................................. 199Gambar Contoh interaksi ikan dari komensalisme dalam waktu lama dapat menjadi mutualisme ....................................... 201Gambar Sungai dengan orde yang menentukan debit aliran sungai .............................................................................. 218Gambar Zonasi sungai dan distribusi biota termasuk sumber daya hayati ikan pada setiap zonanya ....................................... 220Gambar Struktur komunitas biotik penghuni perairan sungai tropis ................................................................................ 221Gambar Model sederhana rantai makanan pada ekosistem perairan sungai di kawasan tropis .................................................. 222Gambar Rasbora aprotaenia, jenis asli ikan S. Ciliwung yang dideskripsikan pada tahun 1954 ....................................... 227Gambar Tiga spesies yang dideskripsi dari Jawa dan dijumpai di Sungai Ciliwung dan Cisadane, yaitu Glyptothorax platypogon, Hemibagrus nemurus, dan Nemacheilus chrysolaimos .................................................................... 227 xxviiGambarī Contohīikanīspesiesībaruīyangī telahī teridentiī¾kasiī danībeberapa spesies lainnya yang perlu diteliti lebih lanjut dari kawasan perairan Teluk Arguni, Papua ..................... 228Gambar Empat spesies ikan yang dilindungi dan ditemukan di perairan Sungai Keroh A. Balantiocheilos melanopterus, B. Himantura signiī¾er, C. Chitala lopis, dan D. Notopterus notopterus ......................................................................... 240Gambar Suksesi proses penjernihan kembali sepanjang sungai dan sistemīklasiī¾kasiī saprobikī denganīindikatorīkeberadaanīsumber daya hayati ikan .................................................. 242Gambar Ilustrasi penampakan perairan danau berdasarkan produksi materi organiknya dan hubungannya dengan keragaman komunitas biotik .............................................................. 248Gambar Jaring makanan komunitas ikan di Telaga Warna ........... 251Gambar Contoh rantai makanan di perairan danau tropis .............. 251Gambar Skema struktur jaring makanan di Danau Victoria, sebelum tahun 1980 A dan setelah tahun 1980 B ..................... 253Gambar Beberapa spesies ikan asli Sungai Cisadane a. Oxyeleotris marmorata, b. Parachela sp, c. Oryzias javanicus, d. Brachygobius cf. agregatus, e. Rasbora sp., f. Kottelatlimia cf. pristes .......................................................................... 256Gambar Beberapa spesies ikan asing yang dijumpai di DAS Cisadane a. Esomus cf. metallicus; b. Amphi-lophus labiatus; c. Pterygoplichthys pardalis; d. Oreochromis niloticus ............................................................................ 257Gambarī Perkiraanīinterrelasiī troī¾kī komunitasī ikanī diī perairanīWaduk Wadaslintang, Wonosobo, Jawa Tengah .............. 260Gambar Biodiversitas ikan pada lahan gambut cagar biosfer Bukit Batu, Riau ......................................................................... 274Gambar Spesies ikan Oxyeleotris colasi jantan berukuran 40,6 mm SL A tampak dorsal; B lateral, dan C ventral, beserta tipe habitatnya pada Danau Sewiki dalam Gua Jabuenggara, Arguni Bawah, Kaimana, Papua Barat ....... 280Gambar Peta sebaran jumlah spesies ikan di negara bagian Sabah, Malaysia utara Pulau Kalimantan berdasarkan kajian dari 68 hasil studi tentang biodiversitas iktiofauna air tawar di kawasan tersebut .............................................................. 283Gambarī Tipeīestuariīberstratiī¾kasiīsempurna ................................ 299Gambarī Tipeīestuariīberstratiī¾kasiīsedang .................................... 299 xxviiiGambar Tipe estuari homogen vertikal atau campuran sempurna 300Gambar Positive estuary estuaria positif ..................................... 300Gambar Negative estuary estuaria negatif .................................. 301Gambar Neutral estuary estuaria netral ....................................... 301Gambarī Contohītipeī estuariī denganī proī¾lī hidrograī¾sī tercampurīsempurna ......................................................................... 302Gambar Distribusi biota pada perairan estuari ............................... 304Gambar Contoh distribusi ikan pada perairan estuari tropis di Afrika Barat. A Tipe estuaria normal dengan variabilitas hidrolik yang tinggi, sehingga suksesi fauna ikan air tawar dan laut bergantung musim. B Tipe negatif estuari di mana masukan air tawar sangat terbatas sehingga mengurangi kehadiran ikan air tawar dan meningkatkan kehadiran ikan laut ........................................................... 307Gambarī Unitītroī¾kī umumī kumpulanī ikanī diīestuariī MaeīKlongīantara bulan Desember 2005 dan November 2006. Anak panah tebal jenis makanan utama, anak panah putus-putus jenis makanan tambahan ....................................... 316Gambar Contoh vegetasi mangrove mayor Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Nypa ............................................................. 317Gambar Diagram skematis interaksi ikan dengan nutrien yang memengaruhi distribusi ikan pada perairan estuari .......... 318Gambar Komponen rantai makanan pada ekosistem hutan mangrove yang berawal dari serasah dan menjadikannya sebagai habitat komunitas ikan ........................................ 324Gambar Jaring makanan hipotetik komunitas ikan di Teluk Bintuni berdasarkan analisis isi lambung ...................................... 325Gambar Manfaat ekosistem mangrove melalui rantai makanan bagi sumber daya hayati ikan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia ............................................................................ 326Gambarī Jejaringītroī¾kīikan-ikanīdominanīsecaraīumumīdiīperairanīSegara Menyan, Subang, Jawa Barat ............................... 326Gambar Kontribusi mangrove di Teluk Kayeli, Pulau Buru, Maluku, berupa sumber daya hayati ikan perairan pesisir AāF, ikan pelagis perairan osenaik PāS, dan ikan karang TāU yang memanfaatkan mangrove untuk aktivitas biologisnya ...................................................................... 327 xxixGambar Aktivitas antropogenik penyebab degradasi hutan mangrove dan terancamnya keberadaan sumber daya hayati ikan ........................................................................ 330Gambar Zonasi lautan, secara horisontal maupun vertikal yang menggambarkan biomas, cahaya dan temperatur semakin menurun terhadap kedalaman perairan ............................ 341Gambar Variasi suhu secara vertikal berdasarkan kedalaman laut 343Gambar Hubungan temperatur, salinitas, dan densitas di lautan ... 344Gambar A Gambaran umum gaya tarik menarik antara bumi dan matahari yang menyebabkan terjadinya pasang purnama spring tide dan pasang perbani neap tide di perairan laut. B Gambaran umum level pasang surut yang memengaruhi distribusi organisme di kawasan litoral, termasuk ikan .................................................................. 345Gambar Asosiasi fauna pada ekosistem padang lamun ................. 350Gambarī KarakteristikīhabitatīlamunīdiīkawasanīIndo-Pasiī¾kī ...... 351Gambar Interaksi trofik dan nontrofik yang menyebabkan dua umpan balik yang saling terkait antara komunitas ikan dengan vegetasi lamun ..................................................... 354Gambar Model konseptual faktor yang memengaruhi komposisi jenis dan kelimpahan ikan di habitat padang lamun ........ 355Gambar Bentuk jaring makanan pada ekosistem padang lamun .. 361Gambarī Diagramīhubunganītroī¾kīdiīdalamīkomunitasīfaunaīpadaīekosistem padang lamun perairan Teluk Banten .............. 363Gambar Persentase kelompok makanan ikan dominan pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram, Teluk Ambon Dalam .................................................................. 364Gambar Padang lamun yang terletak di antara mangrove dan terumbu karang sehingga memengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan .............................................................. 365Gambar Berbagai aktivitas antropogenik penyebab kerusakan ekosistem padang lamun .................................................. 368Gambar A Asosiasi alga zooxanthellae yang hidup dalam tubuh hewan karang polip, B Proses fotosintesis zooxanthellae dengan hasil akhir tumpukan kapur CaCO3 pembentuk terumbu .......................................................... 370Gambar Tingginya keragaman dan kelimpahan ikan karang karena fungsi terumbu karang sebagai sumber makanan, tempat reproduksi, dan perlindungan ........................................... 373 xxxGambar A Ikan-ikan pemakan koloni karang omnivora, dan B ikan-ikan karang herbivora .............................................. 378Gambar A Ikan-ikan yang hidup pada koloni karang tipe datar, dan B ikan-ikan yang hidup pada tipe karang bercabang ..... 378Gambar Adaptasi komunitas ikan terumbu karang dengan mengatur penggunaan ruang dan waktu untuk mengurangi kompetisi .......................................................................... 380Gambar Komposisi makanan komunitas ikan target yang ditemukan di perairan Teluk Saleh ..................................................... 382Gambarī Hubunganītroī¾kīikanīterumbuīkarang ............................. 383Gambar Skema fungsional jaringan trofik terumbu karang Kaledonia Baru yang melibatkan ikan anguilliform sebagai predator. Aliran bahan organik utama dilambangkan secara kualitatif oleh anak panah. Aliran hipotetis yang diperkirakan kotak putus-putus. ................................... 384Gambar Interaksi dan adaptasi ikan pada terumbu karang ........... 386Gambar Aktivitas antropogenik penyebab degradasi terumbu karang dan penurunan kelimpahan dan keragaman jenis ikan ................................................................................... 394Gambar Konektivitas antara ekosistem hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang terkait distribusi ontogenetik ikan ................................................................................... 399Gambarī Kawasanīdanīī¾turīī¾sikīlingkunganīoseanikīdanīlautīdalamīdengan berbagai zonasi kedalaman, dengan representasi spesies ikan yang khas pada setiap lapisan perairan secara vertikal. Banyak spesies mesopelagis melakukan migrasi vertikal harian ke perairan dangkal di senja hari jelang malam dan kembali ke perairan yang lebih dalam saat jelang pagi. Total biomassa organisme hidup, ketersediaan cahaya, dan suhu menurun secara vertikal berdasarkan kedalaman perairan .......................................................... 403Gambar Ilustrasi contoh sederhana rantai makanan di berbagai perairan perairan oseanik yang menempatkan ikan sebagai top predator ..................................................................... 404Gambar Sebaran ikan tuna Thunnus yang tertangkap berdasarkan suhu dan kedalaman ......................................................... 406Gambar Skema ruaya vertikal harian ikan ..................................... 407Gambar Beberapa spesies ikan perairan oseanik yang selalu bermigrasi jauh oseanodrom dan tersebar luas .............. 408 xxxiGambar Representasi pola pergerakan vertikal ikan pelagis. Gambar ikan mewakili kedalaman rata-rata siang dan malam masing-masing spesies. Ikan berwarna abu-abu mewakili kedalaman di mana setiap spesies ikan menghabiskan 95% waktu di malam hari, dan ikan berwarna putih untuk pergerakan pada siang hari. Kelompok 1 Ikan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di lapisan permukaan dengan suhu seragam. Kelompok 2 Ikan yang jarang melakukan pergerakan di bawah lapisan termoklin. Kelompok 3 Ikan yang sering melakukan pergerakan di bawah lapisan termoklin .................................................. 412Gambar Bentuk adaptasi morfologi ikan laut dalam; memiliki ukuran mulut sangat besar dan menghasilkan organ cahaya bioluminesens sebagai alat pendeteksi .......................... 417Gambarī Adaptasiītroī¾kīikanīlautīdalam.īSpesiesīikanīmesopelagikīa Astronesthes gemmifer, dengan struktur pemikat bioluminesensi; b telescopefish Gigantura chuni, denganībukaanīmulutīyangīīæeksibel;ī cī Anoplogaster cornuta, spesies ikan demersal bertipe generalis dengan gigi berukuran besar, d grenadier Coryphaenoides armatus yang terdistribusi secara global dan secara ontogenetik merupakan transisi dari pemakan krustasea hiperbentik/mikronektonivora ke pemakan bangkai fakultatif ........................................................................... 419Gambar Pengamatan bangkai ikan bangkai hiu paus Rhincodon typus A dan Mobulid B yang dimanfaatkan oleh kelompok ikan scavenger dari famili Zoarcidae ............. 420Gambarī Diagramītroī¾kīyangīmenggambarkanīberbagaiīsumberīmakanan untuk ikan dan sarikat makanan utama pada perairanīlautī dalam.ī Jalurītroī¾kīyangīdijelaskanīdenganībaik termasuk tenggelamnya detritus dan gumpalan tinja, masukan terrigenous, dan migrasi vertikal harian DVM zooplanktivora dan beberapa mikronektonivora ke permukaan epipelagis pada malam hari .................... 423Gambar Beberapa jenis ikan laut dalam dengan adaptasi morfologinya untuk dapat bertahan pada lingkungan yang ekstrem ............................................................................. 424 xxxiiGambar Berapa spesies ikan laut dalam yang mendominasi hasil tangkapan di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia Samudra Hindia ................................................................425Gambar Beberapa genera ikan laut dalam dari famili Macrouridae yang tertangkap di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia Samudra Hindia ............................................... 426Gambar Beberapa genera ikan laut dalam famili Alepocephalidae yang tertangkap di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia Samudra Hindia ............................................... 427Gambar Beberapa genera ikan laut dalam dari famili Ophidiidae yang tertangkap di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia Samudra Hindia ............................................... 428Gambar Beberapa genera ikan laut dalam dari famili Myctophidae yang tertangkap di perairan Samudra Hindia ................... 429Gambar Tiga jenis ikan bernilai ekonomis yang ditemukan di laut dalam perairan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara ....... 430Gambar A Foto in situ Pseudoliparis swirei sp. nov. B Mengelompok pada kedalaman m. C Foto sampel ikan. D Radiograf .................................................... 431Gambar Fe n omena fishing down food webs. Gambar kiri menunjukkan secara diagramtik pengurangan tingkat trofik rata-rata perikanan yang dieksploitasi. Gambar kanan menggambaran secara kualitatif; bar yang lebih panjang untuk tahun 1998 menunjukkan kontribusi lebih besar dari tingkat trofik yang lebih rendah terhadap komunitas biotik ikan dan nonikan secara keseluruhan 451Gambar Skema representasi penangkapan ikan yang berlebihan secara historis dan ekspansi perikanan. a Eksploitasi melaluiījaringīmakananītingkatītroī¾kīpadaīsumbuīy.īb Sejarah eksploitasi ikan skenario utama penangkapan ikan dalam ruang dan waktu ........................................... 452Gambar Contoh hasil tangkapan sampingan HTS dari trawling udang, termasuk ikan dalam berbagai ukuran, penyu, dan hewan lain dalam berbagai ukuran, yang dapat mengurangi mutu tangkapan udang ..................................................... 456Gambar Beberapa contoh spesies eksotik berpotensi invasif yang kehadirannnya mengancam ikan-ikan asli native species di Indonesia ...................................................................... 461 xxxiiiGambar Contoh spesies īæowerhorn cichlid ikan lou han Gambar A, dan saat īæowerhorn cichlid memakan telur ikan gobi endemik Glossogobius matanensis di Danau Matano. Telur diendapkan pada dinding karang batu berwarna kekuningan panah kuning, kira-kira pada kedalaman 0,8 m dan dijaga oleh gobi jantan panah Gambar B ......... 464Gambar Prediksi dampak perubahan iklim pada ekosistem bentik laut dalam. Penglihatan konsep menunjukkan bagaimana perubahan suhu A, oksigen B, pH C, dan aliran bahan organik partikulat POC fluks dapat mengubah sifat ekosistemīspesiī¾kīdariīekosistemībentikīlautīdalam ........ 475Gambar Diagram konseptual respons multi-level dari sistem alam laut dan manusia terhadap perubahan iklim. Tanda panah menunjukkan pendorong perubahan yang saling memengaruhi di berbagai level organisasi dalam sistem ekologiīlautīdariīkomunitasīplanktonīsampaiītroī¾kīlevelītertinggi dalam rantai makanan laut sampai kepada sistem sosial-ekonomi manusia yang memanfaatkan biota laut .. 478Gambar Rehabilitasi mangrove, lamun, dan terumbu karang yang cukup sederhana yang dilakukan di Indonesia ................. 484Gambar Contoh desain TED pada trawl pukat udang ................. 487Gambar Beberapa contoh ikan asli native species Indonesia yang perluīdidomestiī¾kasiīdanīberpotensiī sebagaiī komoditasīunggulan budidaya ........................................................... 488Gambar Fungsi kawasan perlindungan laut dari perspektif pengelolaan perikanan. Di dalam daerah cadangan zona inti, jumlah, ukuran, dan umur ikan meningkat yang merupakan respons dari berkurangnya tekanan penangkapan. Hal ini menyebabkan peningkatan reproduksi dan ekspor ikan dewasa spillover effect dan larva recruitment effect ke daerah perikanan yang berdekatan ī¾shing area ................................................. 492Gambar Peta lokasi KKL Pulau Apo, Filipina, garis putus-putus menunjukkan jarak 200 m dari pulau dan catatan persentase penangkapan Naso vlamingii menggunakan hook-and-line pada tahun 2000/2001 yang bervariasi di sekitar pulau. A Biomassa Naso vlamingii di lokasi KKL ā dan non-KKL yang ditangkap ā di Pulau Apo dari xxxivtahun 1983ā2001 KKL dan 1985ā2001 non-KKL. B Biomassa pada lokasi non-KKL pada jarak yang berbeda dari batas KKL di awal 1985ā1988 dan akhir 1990ā2001 ..................................................................... 493Gambar Delapan alur ilustratif manfaat Kawasan Konservasi Laut KKL yang dapat mengurangi dampak sekaligus meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim di lautan ................................................................................ 494 Gambar Tipe pemanenan atau harvest type marine ranching kiri dan tipe penerimaan atau recruit type marine ranching kanan .............................................................................. 501Gambar Contoh ilustratif pengembangan marine ranching di Jepang Sumber Fujiya, 1999 .................................................... 502Gambar Bentuk adaptasi mangrove dengan sistem perakaran yang unik, yaitu akar udara aerial roots pada jenis Rizophora spp. atas, dan akar napas pneumatophore pada jenis Avicennia sp. dan Sonneratia alba ................................... 516Gambar Trofik level pada perairan laut dan kaitannya dengan perikanan tangkap ............................................................ 523Gambar Skema keterkaitan antara kultivan host, patogen dan lingkungan dalam budi daya perikanan ............................ 525Gambar Desain dan konstruksi tambak dengan sistem pembuangan air minimal dan resirkulasi tertutup ................................. 526Gambar Tambak berwawasan lingkungan dengan sistem tumpang sari silvoī¾shery .............................................................. 527Gambar Kegiatan budi daya keramba jaring apung di Waduk Cirata yang dapat melewati daya dukung lingkungan jika aktivitas budi daya KJA berlebihan .................................. 529Gambar Ilustrasi aktivitas antropogenik secara langsung maupun tidak langsung di kawasan pesisir yang mengancam keberadaan terumbu karang ............................................. 532Gambar Ilustrasi tiga habitat esensial dan potensial di perairan pesisir yang terkoneksi secara ekologi dan mendukung aktivitas bioekologi komunitas ikan .................................539Gambar Pulau Pombo, Maluku, sebagai salah satu kawasan konservasi pulau kecil di Indonesia ................................. 539Gambar Ilustrasi konektivitas jejaring kawasan konservasi sehingga mendukung aktivitas bioekologis ikan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil ....................................................... 541 ... Kual lital s al ir yal ng bal ik al kal n mendukung pertumbuhal n ikal n yal ng optimal l baik suhu, deral jal t keal sal mal n pH dan kal ndungal n oksigen terlarut DO al dal lal h beberal pal pal ral meter kual lital s al ir yal ng sal ngal t berperal n dal lal m mendukung hal l tersebut Nal zal r et al l., 2011. Ikan nilem memiliki kisaran ideal bagi kehiudupan untuk nilai suhu pada kisaran 25 -32 ā°C, kisaran pH 7 -8 dan oksigen terlarut 5 -6 Latuconsina, 2020. Permal sal lal hal n yal ng sering dihal dal pi dal lal m budidal yal Ikal n Nilem al ntal ral lal in kual lital s al ir. ...... Menurut Latuconsina, 2020, suhu memengaruhi aktivitas metabolisme ikan, karena penyebaran ikan di perairan tawar maupun lautan dibatasi oleh suhu perairan. Suhu perairan dapat memengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen terlarut. ...Fatimatus Sa'adahRatna Djuniwati Lisminingsih Husain LatuconsinaAl bstral k Ikal n Nilem Osteochilus vittatus merupal kal n sal lal h sal tu jenis ikal n konsumsi yal ng dal lal m beberal pal tal hun teral khir ini dikal tegorikal n sebal gal i jenis ikal n budidal ya karena dihal ral pkal n menjal di komodital s untuk progral m ketal hal nal n pal ngal n nal sional l. Penelitial n ini bertujual n untuk mengetahui hubungan antara parameter kulaitas air dengan sintasan dan pertumbuhal n ikal n nilem pada media dengan pemberian pakan yang berbeda. Metode yal ng digunal kal n al dal lal h metode eksperimen. Hal sil penelitial n menunjukkal n bal hwal terdapat hubungan antara pal ral meter lingkungal n dengan sintasan dan pertumbuhan Ikan Nilem, dimana kual lital s al ir masih dalam kisaran optimum baik pH, suhu, dan DO sehingga mampu menunjang sintasan dan pertumbuhan ikan dengan baik. pH memiliki hubungan negatif yang sangat kuat dengan sintasan, pertumbuhan panjang dan bobot benih ikan nilem, sedangkan nilai suhu memilki hubungan negatif lemah terhadap sintasan, pertumbuhan panjang dan bobot. Sebaliknya nilai oksigen terlarut memiliki hubungan positif kuat dengan sintasan, dan sangat kuat dengan pertumbuhan panjang dan bobot ikan nilem. Kal tal kunci Kualitas air, Pertumbuhal n, Sintasan Al bstral ct Bonylip Barb Osteochilus vittatus is one type of consumption fish which in the last few years has been categorized as a type of commercial fish because it is permitted to be a commodity for the most national ketalaln program. This research aims to determine the relationship between water quality parameters with survival and growth of Osteichilus vittatus on media with different feeding. The method used is the experimental method. The results of the research show that there is a relationship between environmental parameters and the survival and growth of Bonylip Barb, where the quality of the stream is still within the optimum range of pH, temperature and dislove osigen so that it can support the survival and growth of fish well. pH has a very strong negative relationship with survival, growth in length and weight of O. vittatus fingerlings, while the temperature value has a weak negative relationship with survival, growth in length and weight. On the other hand, the dissolved oxygen value has a strong positive relationship with survival, and very strongly with the growth in length and weight of nilem fish.... The same phenomenon was also reportedby Krismono and Kartamihardja 2012, fishing rod is the dominant fishing gear used by the community to catch eel Anguilla in the Poso watershed, Central Sulawesi, and can catch various sizes of eel. According to Latuconsina 2020, one of the causes of the degradation of the stock of biological fish resources in the wild is the use of fishing gear that is destructive, not selective, and not environmen-Copyright Ā©2023 Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga tally friendly nor friendly to the biological resources of fish that are the target of catching. According to Affandi 2005, one of the efforts that need to be considered in increasing the utilization of the eel sub-sector is the need to introduce simple and environmentally friendly eel fishing techniques. ...... According to Latuconsina 2020, the threat to fish biological resources in Indonesia is caused by the lack of knowledge and understanding of the community about the importance of the existence of endemic and protected fish which should be a symbol of fish biodiversity in Indonesia, hence an active role from the government and other stakeholders, including universities, is needed. To massively introduce the potential of fish biological resources owned by Indonesia, including those that are endemic and protected and those in the wild, this socialization is not only on various social media but can also be considered to be developed in the school. ...Eels are an important fishery resource in Indonesia, but information regarding distribution, fishing patterns and utilization has not been well documented in order for it to assist in the management of eel fisheries. One of the areas in Indonesia that uses eels is the Sumbawa Island community. The local community knowledge approach is an important for fisheries management, because it is an inherent component of fishery resources. This is preliminary study of eels in Sumbawa Island. This study aimed to examine the distribution, pattern of fishing, and utilization of eels from knowledge of local communities. Data were taken through in-depth interviews with 166 respondents. The study was conducted from November to December 2021. Interviews were conducted to obtain information and knowledge from local communities about eels locations where they were eels found, fishing gear used, time, season and, utilization of eel, and community knowledge regarding its protection status. The results showed that the eels are found in dams, rivers, and estuaries. Most eels were caught from November to December in rainy season. Most people catch eels out of a hobby. Fishing rods and stuns are the two main fishing tools used to catch eels. There are three types of eel utilization, namely 1 consumed, 2 distributed to family and neighbors, and 3 marketed. Respondents did not know about the limited protection for several species of Kawasan Karst Maros Pangkep KKMP merupakan kawasan karst dengan penampakan yang indah dan terbesar kedua di dunia. Salah satu sungai yang mengalir pada kawasan karst tersebut adalah Sungai Leang-leang. Informasi terkait biodiversitas iktiofauna di sungai tersebut belum ada. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis status jenis, kelimpahan relatif, indeks keanekaragam, indeks keseragaman dan indeks dominansi, ikan yang tertangkap di S. Leang-leang. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juni hingga Agustus 2021. Analisis sampel ikan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Selama penelitian ditemukan 10 jenis ikan yang berasal dari 10 famili dan 6 ordo. Mayoritas ikan yang tertangkap di S. Leang-leang merupakan ikan introduksi, kecuali Dermogenys orientalis, Oryzias celebensis, dan Marosatherina ladigesi yang termasuk ikan endemik. Spesies dengan kelimpahan tertinggi selama penelitian adalah ikan anculung D. orientalis sebanyak ekor 67,27%, diikuti oleh ikan binishi O. celebensis sebanyak 372 ekor 23,97%, dan ikan kepala timah Aplocheilus panchax sebanyak 126 ekor 8,12%, sedangkan tujuh spesies lainnya memiliki kelimpahan kurang dari 1%. Kisaran nilai indeks keanekaragaman 0,7216-0,9042, indeks keseragaman 0,4027-0,5047, dan indeks dominansi 0,4644-0,6148. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa S. Leang-leang telah mengalami tekanan ekologi pada tingkat sedang. Kata kunci Indeks Ekologi, Kawasan Karst Maros, Status Jenis Ikan, Struktur Komunitas, Sungai Leang-leang. Abstract The Maros Pangkep Karst Area KKMP is a karst area with a beautiful appearance and is the second largest in the world. The river flowing in the Karst area is the Leang-Leang River. Information related to the Ichthyofauna Biodiversity on the river does not exist yet. Therefore, this study was conducted to analyze the kind of type, relative abundance, the diversity index, uniformity index and the dominance index, fish caught in Leang-Leang River. The research took place from June to August 2021. Fish sample analysis was carried out at the Fisheries Biology Laboratory, Department of Fisheries, Faculty of Marine and Fishery Sciences, Hasanuddin University. During the research, ten fish species from ten families and six orders. Most of fish caught in Leang-leang River are introduced fish, except for Dermogenys orientalis, Oryzias celebensis, and Marosatherina ladigesi which are endemic fish. Species with the highest abundance during the study were julung-julung fish D. orientalis as many as 1,044 fish followed by Celebes medaka O. celebensis as 372 fish blue panchax Aplocheilus panchax as many as 126 individuals while the other seven species had an abundance of less than 1%. The range of diversity index values is evenness index and dominance index Overall it can be said that the Leang-leang River has a moderate level of ecological stress. Husain LatuconsinaIndonesia is one of the countries with the highest biodiversity and fish producers in the world. Demand for fish consumption in the world continues to increase, on the other hand, there is a threat of decreasing fish biodiversity in the wild due to overfishing, destructive fishing gear, water pollution, and others. This phenomenon occurs because of the lack of knowledge and understanding of the community about fish and all aspects of its life. It is high time to manage fish biological resources, and as a first step, it is necessary to introduce and understand the community. One of them is the academic community in universities. This community service activity was carried out on August 21, 2021, in the form of education/counseling related to Ichthyology Fish and all aspects of life to student groups who are members of the Ichthyology Study Club, Biology Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Islam Malang. Evaluation of the level of knowledge and understanding of students using a questionnaire filled out by participants before and after the educational activities and discussions took place. The results of the activity in general, students are quite enthusiastic and interested in educational material. The results of the evaluation using a questionnaire show that students' knowledge and understanding of fish is quite high > 50% although it still needs to be improved. Students are also interested in studying fish in depth to support their final project and want it to be included in the Biology Study Program curriculum in the future. Abstrak Indonesia salah satu merupakan negara dengan biodiversitas dan produsen ikan tertinggi di dunia. Permintaan kebutuhan konsumsi ikan di dunia terus menglamai peningkatan, di sisi lain ada ancaman penurunan biodiversitas ikan di alam liar karena adanya penangkapan berlebihan, penggunaan alat tangkap merusak, pencemaran perairan, dan lainnya. Fenomena ini terjadi karena minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang ikan dengan segala aspek keghidupannya. Pengelolaan sumberdaya hayati ikan sudah saatnya dilakukan, dan sebagai langkah awal perlunya pengenalan dan pemahaman bagi masyarakat. Salah satunya masyarakat akademis di perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan pada 21 Agustus 2021 dalam bentuk edukasi/penyuluhan terkait Iktiologi Ikan dan segala aspek kehidupannya kepada kelompok mahasiswa yang tergabung ke dalam Study Club Ichthyology, Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Islam Malang. Evaluasi tingkat pengetahauan dan pemahaman mahasiswa menggunakan kuesioner yang diisi oleh peserta sebelum dan sesuadah kegiatan edukasi dan diskusi berlangsung. Hasil kegiatan secara umum mahasiswa cukup antusias dan tertarik dengan materi edukasi. Hasil evaluasi menggunakan kuesioner mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang ikan cukup tinggi >50% meskipun masih harus ditingkatkan lagi. Mahasiswa juga tertarik untuk mempelajari ikan secara mendalam untuk menunjang tugas akhir, serta menginginkan agar dapat dimasukan dalam kurikulum Program studi Biologi di masa Salah satu aspek yang memengaruhi keberhasilan kegiatan pembenihan adalah pengendalian hama dan penyakit ikan, baik penyakit menular atau infeksi maupun penyakit non infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies jamur pathogen pada Ikan Nila Oreochromis niloticus. Pengamatan pada sampel ikan secara makroskopik dan mikroskopik. Sampel ikan yang digunakan berukuran 3-5 cm. Hasil penelitian jenis jamur yang menyerang Ikan Nila adalah Saprolegnia sp. dengan ciri-ciri makroskopis adanya selaput putih mirip kapas pada sirip dan permukaan kulit. dan ciri mikroskopik terlihat bahwa hifa memiliki kantung spora berbentuk bulat dan sebagian agak lonjong. Saprolegnia sp. menyerang bagian sirip punggung dan operculum ikan nila. Untuk meminimalisir kemungkinan jamur menginfeksi ikan, maka perlu dilakukan pemantauan parameter kualitas air secara berkala. Kata Kunci Budidaya perikanan, Oreochromis niloticus, Saprolegnia sp. Abstract One aspect that influences the success of hatchery activities is the control of fish pests and diseases, both infectious and non-infectious diseases. The purpose of this study was to determine the pathogenic fungal species in Nile Tilapia Oreochromis niloticus. Observations on fish samples macroscopically and microscopically. The fish sample used is 3-5 cm in size. The results of the research on the type of fungus that attacks Tilapia are Saprolegnia sp. with macroscopic features the presence of white cotton-like membranes on the fins and skin surface. and microscopic features show that the hyphae have round spore bags and some are slightly oval. Saprolegnia sp. attacks the dorsal fin and operculum of tilapia. To minimize the possibility of fungi infecting fish, it is necessary to monitor water quality parameters regularly. PENDAHULUAN Upaya pembudidayaan ikan untuk memperoleh hasil yang optimal maka diperlukan serangkaian tahapan yang sistematis dan terstruktur, salah satu tahapan yang penting ialah proses pembenihan. Proses ini harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan benih yang memiliki mutu yang baik dan kuantitas yang lebih banyak. Kegiatan pembenihan ikan berkaitan dengan pengelolaan kualitas air, pakan, dan kegiatan pengendalian hama dan penyakit. Salah satu aspek yang memengaruhi keberhasilan kegiatan pembenihan adalah pengendalian hama dan penyakit ikan, baik penyakit menular atau infeksi maupunThe purpose of this study was to see the abundance and distribution of mullet during the day and night on the coast of Lampu Satu Beach and Payum Beach. This research was conducted in June-August 2020. Determination of the sampling points at the research location using purposive random sampling method. Data analysis used in this research is Relative Abundance Kr and Morisita Spread Index Id. Catches found during the study were 268, with 3 species of mullet, namely Mugil cepalus, Mugil dussumieri and Rhinomugil corsula. During the day, the total number of catches is 148 while at night it gets as many as 120. The highest proportion value of relative abundance was obtained from the two stations, namely Mugil dussumieri species and the lowest was Rhinomugil corsula. The results of the calculation of the morisita distribution index during the day at both stations obtained a value of group. It is also found that at night the two stations get a value of which means that at night it is a group "Keseimbangan Ekologis" dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap........................................................... 521Keterpaduan Ekologis" dalam Pengelolaan Perairan PesisirPrinsipPrinsip "Keterpaduan Ekologis" dalam Pengelolaan Perairan Pesisir................................................................. 531Tipe estuari berstratifikasi sempurnaGambarGambar Tipe estuari berstratifikasi sempurna................................ 299Contoh tipe estuari dengan profil hidrografis tercampur sempurnaGambarGambar Contoh tipe estuari dengan profil hidrografis tercampur sempurna......................................................................... 302Distribusi biota pada perairan estuariGambarGambar Distribusi biota pada perairan estuari............................... 304
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ADAPTASI MAMALIA LAUT TERHADAP TERMOREGULASI PADA LINGKUNGAN YANG DITINGGALI MARINE MAMMALS ADAPTATION OF TERMOREGULATION IN ENVIRONMENTAL ENVIRONMENT Amira Zahra Azhari 1302619013 Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta. Email amirrazahra Abstract The homeostasis process for thermoregulation involves the form, function and behavior of many animals, mammals are one example of the classification of animals that have changes in temperature in each changing state. Body temperature in animals is influenced by the environment and adjustments in the body, there are animals that can survive the temperature of -2°C even animals in the desert can adjust their body temperature under the blazing 50°C. The discussion this time is about regulating and changing body temperature by linking morpholosophy, physiology and behavior adaptations that work in regulating the internal environment of animals. Mammals are warm-blooded animals Homoiterm and thermoregulation in the body comes from internal metabolism or the external environment. Humans and other mammals, as well as birds, are endothermic, meaning they are warmed largely by the heat produced by metabolism. For marine mammals, isolation is as important as whales and walruses. These animals swim in water that is very cold beyond the core, and these species adapt to places that are almost frozen. Body temperature depends on the balance between the heat produced or absorbed by the heat loss. The lost heat can take place by radiation, convection, conduction and evaporation. Marine mammals can survive at core body temperatures around 36-38 ° C 97-100 ° F even though they do not require much energy from food than mammals that live on land of the same size. Keywords Marine Mammals, Homeostasis, Adaptation, Homoiterm. Abstrak Proses Homeostasis untuk termoregulasi melibatkan bentuk, fungsi dan perilaku bagi banyak hewan, mamalia adalah salah satu contoh klasifikasi hewan yang memiliki perubahan suhu di setiap keadaan yang berubah. Suhu tubuh pada hewan dipengaruhi oleh lingkungannya dan penyesuaian dalam tubuh, ada hewan yang dapat bertahan pada suhu -2°C bahkan hewan di gurun dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dibawah terik 50°C. Pembahasan kali ini mengenai pengaturan dan perubahan suhu tubuh dengan menghubungkan antara adaptasi morfolofi, fisiologi serta tingktah laku yang bekerja dalam mengatur lingkungan internal hewan. Mamalia adalah hewan berdarah Panas Homoiterm dan termoregulasi pada tubuhnya berasal dari metabolisme internal atau lingkungan eksternal. Manusia dan mamalia lain, juga burung, adalah endotermik, artinya mereka dihangatkan sebagian besar oleh panas yang dihasilkan oleh metabolisme. Bagi mamalia laut, isolasi adalah hal penting seperti halnya paus dan walrus. Hewan-hewan ini berenang di air yang sangat dingin melebihi inti, dan spesies ini beradaptasi pada tempat yang bahkan hampir membeku. Suhu tubuh bergantung pada angka keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Mamalia laut dapat bertahan pada suhu inti tubuh sekitar 36ā38 ° C 97ā100 ° F walau tak membutuhkan banyak energi dari makanan daripada mamalia yang hidup di darat dengan ukuran sama. Keywords Mamalia laut, Homeostasis, Adaptasi, Homoiterm. 1. PENDAHULUAN Hewan adalah makhluk hidup yang dapat mengatur sendiri kondisi internal dalam tubuhnya dengan lingkungan, sedangkan makhluk lain lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini adalah pada kondisi suhu lingkungan yang berubah ubah di suatu tempat. Khususnya dalam perairan. Hewan khususnya mamalia laut, berupaya menyeimbangkan dan mempertahankan kondisi agat tetap stabil atau dinamis, dapat disebut dengan Homeostatis. Mencapai hal tersebut tubuh hewan melakukan berbagai aktivitas yang dinamakan regulasi. Termoregulasi adalah proses dimana hewan pertahankan suhu tubuh mereka dalam kisaran normal. Suhu tubuh di luar kisaran normal dapat mengurangi efisiensi reaksi enzimatik, mengubah fluiditas seluler membran, dan mempengaruhi proses biokimia sensitif suhu lainnya, berpotensi dengan hasil yang fatal. campbell 2017 Thermoregulasi tergantung pada hewan kemampuan untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya. Pertukaran itu dapat terjadi oleh salah satu dari empat proses radiasi, penguapan, konveksi, dan konduksi. Mamalia laut tentunya akan beradaptasi, Jika terjadi peningkatan suhu udara, maka akan meningkatkan suhu permukaan laut dan berpengaruh terutama pada pola arus dan tekanan udara di berbagai lautan sehingga mengubah pola iklim atau cuaca di permukaan bumi Sterr, 2001. Mamalia laut berisolasi, untuk mengurangi aliran panas di dalam tubuh dan lingkungannya, dan hal itu merupakan adaptasi utama untuk termoregulasi pada mamalia. Isolasi ditemukan baik di permukaan tubuh ā rambut dan bulu ā dan di bawahā lapisan lemak yang terbentuk oleh jaringan adiposa campbell 2017. Seperti halnya lumba-lumba, paus, singa laut, anjing laut, walrus, dugong dll. mekanisme termoregulasi yang telah berevolusi pada mamalia laut berfungsi tidak hanya untuk menghemat panas, tetapi juga untuk membuangnya jika diperlukan. Dalam pengaturan suhu tubuh bagi mamalia laut, saat perubahan suhu berganti di lingkungan mereka, hewan tersebut mengubah jumlah dan kapasitas darah dan karenanya menjadi panas yang mengalir di antara inti tubuh mereka dan kulit mereka. Vasodilatasi dihasilkan, sehingga sinyal saraf mengendurkan otot-otot dinding pembuluh dan pelebaran pembuluh darah superfisial yang dekat dengan tubuh permukaan. dan aliran darah akan meningkat pada endoterm. 2. PEMBAHASAN 1 HEMOITERM warm-blooded animals Hemoiterm adalah bahasa lain dari hewan berdarah panas, hewan tersebut memiliki suhu tubuh yang stabil di setiap kondisi, karena terdapat reseptor dalam otak hewan tersebut, sehingga mampu mengatur suhu tubuhnya. Sedangkan istilah Homeoterm sendiri adalah hewan yang mampu mengendalikan temperatur tubuhnya hingga selalu konstan atau mendekati konstan walaupun temperatur lingkungannya berubah-ubah. Mamalia laut adalah jenis Homeoterm. Binatang yang demikian itu tentu saja merupakan binatang endotherm. Namun, tidak semua binatang endotherm merupakan binatang homeotherm. 2 ENDOTERM Berdasarkan kemampuan hewan dalam mempertahankan suhu tubuhnya agar relatif konstan dan tidak berubah karena dipengaruhi oleh temperatur sekitarnya, mamalia laut termasuk kedalam golongan Endoterm. Panas untuk termoregulasi dapat berasal dari metabolisme internal atau lingkungan eksternal. Mamalia adalah hewan yang mengatur suhu tubuhnya mengggunakan endotermik, yang artinya mereka menghangatkan tubuh dari dalam dirinya yang dihasilkan oleh metabolisme. Endoterm dapat mempertahankan suhu tubuh stabil bahkan di fluktuasi besar di suhu lingkungan. Dalam lingkungan yang dingin, endoterm menghasilkan panas yang cukup untuk menjaga tubuhnya secara substansial lebih hangat dari lingkungannya dengan meningkatkan laju metabolisme sehingga menghasilkan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, dan dapat meningkatkan produksi panas. Sedangkan saat berada di lingkungan yang panas, mamalia laut akan menekan pengeluaran panas dalam tubuhnya agar tetap pada kondisi suhu normal. 3 PENYEIMBANG KEHILANGAN DAN PEROLEHAN PANAS Mamalia laut seperti Paus atau anjing laut dapat memakai lemak dalam jumlah besar tetapi akibatnya, terlalu panas ketika sangat aktif, maka dari itu paus atau anjing laut harus mampu membuang panas dan karenanya termoregulasi menggunakan metode lain. Yakni a. Konveksi adalah perpindahan panas oleh pergerakan udara atau cairan melewati permukaan, kasus konduksi khusus di mana panas yang ditransfer dari tubuh hangat dipindahkan dari area oleh arus udara atau air. b. Konduksi adalah transfer langsung dari gerakan termal panas antara molekul benda yang bersentuhan dengan satu sama lain, seperti ketika paus yang bersentuhan langsung dengan sinar matahari di luar air. c. Radiasi adalah emisi gelombang elektromagnetik oleh semua benda yang lebih hangat daripada nol absolut. Energi panas dari matahari melakukan perjalanan melalui ruang dan menghangatkan bumi atau paus yang memancar dalam panjang gelombang inframerah. d. Evaporasi adalah penghilangan panas dari permukaan cairan yang kehilangan sebagian molekulnya sebagai gas. Ini adalah proses pendinginan dengan cara berkeringat. Secara biologis, mamalia laut akan mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan dengan mengeluarkan panas yang berlebih atau menahan panas agar tak hilang melalui radiasi, penguapan, konduksi, dan konveksi. Dan itu adalah persamaan dasar biologi termoregulasi. 4 LAPISAN LEMAK DAN BULU Lapisan lemak atau dengan istilah lain yakni Blubber paling sering dianggap sebagai lapisan lemak inert di bawah kulit. Namun, sebenarnya itu adalah jaringan aktif dan kompleks yang terdiri dari bahan yang longgar dan kenyal di mana matriks spons terdiri dari serat kolagen dan volumenya terbuat dari adiposit lemak, atau sel lipid. Blubber, dengan sendirinya, adalah isolator yang baik, karena dapat mencapai 93% lipid dengan kadar air yang sangat sedikit. Karena lipid memiliki konduktansi hanya sekitar sepertiga dari air, ia bertindak sebagai isolator yang relatif baik. Blubber berfungsi sebagai insulator internal bagi mamalia laut, fungsinya untuk menghangatkan badan mamalia. Di perairan kutub, misalnya, kulit ikan paus atau anjing laut akan hanya satu atau dua derajat di atas titik beku. Pada keadaan ini dapat dilihat saat musim kawin tiba, biasanya mamlia laut akan gencar menimbun lemak atau membesarkan tubuh. Misalnya, anjing laut gajah utara Miroungaangiistirostris dapat berkisar antara 50% hingga kurang dari 20% lemak tubuh tergantung pada musim kawin. Jelas, perubahan temporal pada blubber ini berdampak tidak hanya pada termoregulasi, tetapi sebagai daya apung atau cadangan energy atau laktasi. Bulu pada mamalia laut fungsinya untuk menjebak udara kering di sebelah kulit dan menjaga air menjauh dari permukaan kulit. Jadi, gradien di sini berasal dari kulit luar dengan permukaan kulit yang hangat dan lapisan luar bulu yang dingin. Contoh yang paling banyak dikutip tentang penggunaan bulu oleh mamalia laut adalah bahwa berang-berang laut dan memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana hewan ini hidup di lingkungan yang dingin Williams et al., 1992. 5 TERMOREGULASI PERILAKU Mekanisme yang dibahas di sub bab sebelumnya mengenai internal tubuh mamalia laut saja, namun ada pula tingkah laku mamalia laut terhadap termoregulasi. Contohnya seekor Berang-berang laut sering terlihat mengambang dengan keempat cakar keluar dari air. Cakar sangat vaskular, tetapi tidak terisolasi dengan baik dengan bulu. Dengan demikian, mereka akan menjadi sumber kehilangan panas yang luar biasa jika bersentuhan dengan air. Berang-berang menjauhkan kaki dari air jika mereka mencoba tetap hangat. Di pantai, baik anjing laut dan singa laut akan bergerak naik atau turun di daerah pasang surut untuk mendinginkan atau menghangatkan tubuh mereka. Ketika terlalu panas, singa laut akan memaksimalkan luas permukaan mereka dengan merentangkan sirip mereka, sementara jika terlalu dingin, mereka berbaring di atas sirip mereka. Figure 1. singa lait sedang merentangkan siripnya. Anjing laut gajah akan membalikkan pasir yang sejuk ke punggung mereka untuk membantu menjaga suhu tubuh mereka turun pada hari-hari yang cerah, dan anjing laut biksu Hawaii Monachus schauinslandi akan menemukan tempat teduh di bawah semak-semak atau di jurang-jurang kecil di atas pulau karang panas dan berpasir. Namun, semua mekanisme perilaku ini tidak unik untuk mamalia laut, kecuali bahwa hewan memiliki kemampuan untuk menggunakan laut untuk mendinginkan seperlunya. Contoh yang baik untuk memberi makan dan termoregulasi adalah paus bungkuk Megaptera novaean-gliae yang datang ke perairan Alaska yang sejuk selama musim panas untuk mencari makan, tetapi menuju selatan untuk menghangatkan, perairan Hawaii untuk berkembang biak. Ulasan pola perilaku ini untuk pinnipeds ditemukan di King 1983. 6 ADAPTASI PEREDARAN DARAH UNTUK MENYESUAIKAN SUHU TUBUH Di daerah adaptasi vaskular untuk termoregulasi inilah mamalia laut telah mengembangkan beberapa adaptasi yang tidak biasa. Yang pertama disebut rete mirabile, yang merupakan bahasa Latin untuk "jaring yang indah." Jaring ini, yang merupakan penukar panas sewaan-balik, menggunakan jaringan pembuluh darah dan arteri yang saling berkaitan sehingga darah dingin yang kembali dari ekstremitas di pembuluh darah mengalir di samping darah hangat yang mengalir ke kaki di arteri. Figure 2. Penukar panas arus berlawanan. Sistem pertukaran arus balik memerangkap panas dalam inti tubuh, sehingga mengurangi kehilangan panas dari ekstremitas, terutama ketika mereka direndam dalam air dingin atau bersentuhan dengan es atau salju. Intinya, panas dalam darah arteri yang muncul dari inti tubuh ditransfer langsung ke darah vena yang kembali daripada hilang ke lingkungan. campbell 2017 Karena darah mengalir melalui arteri dan vena dalam arah yang berlawanan, sistem ini memungkinkan pertukaran panas menjadi sangat efisien. Saat darah hangat bergerak keluar di arteri dari tubuh intinya, ia memindahkan panas ke darah yang lebih dingin di pembuluh darah yang kembali dari ekstremitas. Yang terpenting, panas ditransfer sepanjang seluruh penukar, memaksimalkan kurs pertukaran panas dan meminimalkan kehilangan panas ke lingkungan. 3. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hewan adalah makhluk hidup yang dapat mengatur sendiri kondisi internal dalam tubuhnya dengan lingkungan, sedangkan makhluk lain lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini adalah pada kondisi suhu lingkungan yang berubah ubah di suatu tempat. Suhu yang tinggi akan mengakibatkan aktivitas molekul semakin tinggi karena energy kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain akan semakin besar juga . Mencapai hal tersebut tubuh hewan melakukan berbagai aktivitas yang dinamakan regulasi. Suhu tubuh di luar kisaran normal dapat mengurangi efisiensi reaksi enzimatik, mengubah fluiditas seluler membran, dan mempengaruhi proses biokimia sensitif suhu lainnya, berpotensi dengan hasil yang fatal. mekanisme termoregulasi yang telah berevolusi pada mamalia laut berfungsi tidak hanya untuk menghemat panas, tetapi membuang jika tidak diperlukan. Saran Harapan saya semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari tulisan yang saya buat. Berdasarkan materi yang saya paparkan terkait termoregulasi pada mamalia laut, masih terdapat banyak sekali kekurangan. Salah satunya kurangnya referensi yang digunakan. Saran kepada penulis untuk mencantumkan referensi lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Lisa A. Urry dkk 2017. Campbell Biology, elevel edition, 330 Hudson Street, New York 10013 Campbell Neil A, Jane B reece dkk. 2004, Campbell Biology, edisi kelima jilid 3, PT. Penerbit Erlangga. Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Jane B. 2009 Reece - Campbell Biology 11th Edition. Deniro, Baru Sadarun, dkk 2017. Pengaruh Kenaikan Suhu Air Laut Terhadap Tingkah Laku Ikan Karang Amblyglyphidodon Curacao Pada Wadah Terkontrol Biosfer Jurnal Pendidikan Biologi, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo. Siswanto 2016. Thermoregulasi. Mata Kuliah Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Maulana Rhesa Agung 2012. Perubahan Kondisi Fisiologis Ikan Mas Cyprinus Carpio L. Akibat Pengaruh Perbedaan Ukuran Dan Suhu Lingkungan. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Lisca Yosa dkk 2017. Makalah Termoregulasi Pada Hewan. Departemen Teknologi STIKIP PGRI, Banjarmasin. Hal 4-15 Maulia Zahrotul 2013. Diakses Tanggal 12 Juni 2020. What When How 2015. Diakses Tanggal 12 Juni 2020. Alicia I Guerrero, Tracey L Rogers 2019. From Low to High Latitudes Changes in Fatty Acid Desaturation in Mammalian Fat Tissue Suggest a Thermoregulatory Role. PMC article, Bethesda, USA. Chambault Philippine dkk 2018. Sea Surface Temperature Predicts the Movements of an Arctic Cetacean The Bowhead Whale . PMC article, Bethesda, USA. Rosen David A S 2007. Thermal and Digestive Constraints to Foraging Behaviour in Marine Mammals. PMC article, Bethesda, USA Ballantyne Coco 2009. Diakses Tanggal 13 Juni 2020. Gauthier Angela dkk 2001. Thermoregulation in Marine Mammals. The University of Arizona. Terrien Jeremy 2011. Behavioral Thermoregulation in Mammals A Review. PMC article, Bethesda, USA Khan Academy 2009. Diakses Tanggal 13 Juni 2020. Maulana Rhesa Agung 2012. Perubahan Kondisi Fisiologis Ikan Mas Cyprinus Carpio L. Akibat Pengaruh Perbedaan Ukuran Dan Suhu Lingkungan. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Sri Lestari 2016 Termoregulasi Hewan Endoterm Dan Ektoterm. Pendidikan Ipa Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Most fatty acids FAs making up the adipose tissue in mammals have a dietary origin and suffer little modification when they are stored. However, we propose that some of those FAs, specifically those that can be synthesised or modified by mammals, are also being influenced by thermal forces and used as part of the mechanism to regulate core body temperature. As FA desaturation increases, adipose tissues can reach colder temperatures without solidifying. The ability to cool the superficial fat tissues helps create a thermal gradient, which contributes to body heat loss reduction. Therefore, it is expected that animals exposed to colder environments will possess adipose tissues with higher proportions of desaturated FAs. Here, through a model selection approach that accounts for phylogeny, we investigate how the variation in FA desaturation in 54 mammalian species relates to the thermal proxies latitude, physical environment terrestrial, semi-aquatic and fully-aquatic and hair density. Results The interaction between the environment terrestrial, semi or fully-aquatic and the latitude in which the animals lived explained best the variation of FA desaturation in mammals. Aquatic mammals had higher FA desaturation compared to terrestrial mammals. Semi-aquatic mammals had significantly higher levels of desaturated FAs when living in higher latitudes whereas terrestrial and fully-aquatic mammals did not. To account for dietary influence, a double bond index was calculated including all FAs, and revealed no correlation with latitude in any of the groups. Conclusions We propose that FA modification is an important component of the thermoregulatory strategy, particularly in semi-aquatic mammals. Potentially this is because, like terrestrial mammals, they experience the greatest air temperature variations across latitudes, but they lack a thick fur coat and rely primarily on their blubber. Unlike fully-aquatic mammals, extremely thick blubber is not ideal for semi-aquatic mammals, as this is detrimental to their manoeuvrability on land. Therefore, the adipose tissue in semi-aquatic mammals plays a more important role in keeping warm, and the modification of FAs becomes crucial to withstand cold temperatures and maintain a pliable foraging models of terrestrial mammals are concerned primarily with optimizing time/energy budgets, models of foraging behaviour in marine mammals have been primarily concerned with physiological constraints. This has historically centred on calculations of aerobic dive limits. However, other physiological limits are key to forming foraging behaviour, including digestive limitations to food intake and thermoregulation. The ability of an animal to consume sufficient prey to meet its energy requirements is partly determined by its ability to acquire prey limited by available foraging time, diving capabilities and thermoregulatory costs and process that prey limited by maximum digestion capacity and the time devoted to digestion. Failure to consume sufficient prey will have feedback effects on foraging, thermoregulation and digestive capacity through several interacting avenues. Energy deficits will be met through catabolism of tissues, principally the hypodermal lipid layer. Depletion of this blubber layer can affect both buoyancy and gait, increasing the costs and decreasing the efficiency of subsequent foraging attempts. Depletion of the insulative blubber layer may also increase thermoregulatory costs, which will decrease the foraging abilities through higher metabolic overheads. Thus, an energy deficit may lead to a downward spiral of increased tissue catabolism to pay for increased energy costs. Conversely, the heat generated through digestion and foraging activity may help to offset thermoregulatory costs. Finally, the circulatory demands of diving, thermoregulation and digestion may be mutually incompatible. This may force animals to alter time budgets to balance these exclusive demands. Analysis of these interacting processes will lead to a greater understanding of the physiological constraints within which the foraging behaviour must NeilCampbell Neil A, Jane B reece dkk. 2004, Campbell Biology, edisi kelima jilid 3, PT. Penerbit Termoregulasi Pada Hewan. Departemen Teknologi STIKIP PGRILisca Yosa DkkLisca Yosa dkk 2017. Makalah Termoregulasi Pada Hewan. Departemen Teknologi STIKIP PGRI, Banjarmasin. Hal 4-15Sea Surface Temperature Predicts the Movements of an Arctic Cetacean The Bowhead WhaleChambault Philippine dkk 2018. Sea Surface Temperature Predicts the Movements of an Arctic Cetacean The Bowhead Whale. PMC article, Bethesda, in Marine Mammals. The University of ArizonaAngela GauthierDkkGauthier Angela dkk 2001. Thermoregulation in Marine Mammals. The University of Hewan Endoterm Dan Ektoterm. Pendidikan Ipa Program PascasarjanaSri LestariSri Lestari 2016 Termoregulasi Hewan Endoterm Dan Ektoterm. Pendidikan Ipa Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
proses adaptasi ikan terhadap lingkungan disebut